LOKASI IKLAN ANDA

trikblog.co.cc

Kamis, 12 Agustus 2010

WACANA REDENOMINASI


Saat ini dunia ekonomi Indonesia terusik dan mulai terguncang dengan adanya wacana Redominasi Rupiah. Bahkan sebagian masyarakat yang belum paham redominasi mulai waswas karena trauma ekonomi saat sanering puluhan tahun yang lalu di Indonesia masih membekas. BI akan mulai melakukan sosialisasi redenominasi hingga 2012 dan dilanjutkan dengan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut rupiah baru. Redenominasi diharapkan bisa tuntas pada tahun 2022. Namun, ternyata semakin terungkap bahwa hal itu masih wacana. Tetapi seharusnya bila hal tersebut dilaksanakan tidak ada yang harus dikawatirkan.

Bank Indonesia telah melontarkan wacana
kemungkinan dilakukan redenominasi rupiah. Redenominasi adalah pengurangan nilai pecahan mata uang tanpa mengurangi nilainya. Bentuk redenominasi rupiah yang tengah digagas BI adalah menghilangkan tiga angka nol terakhir. Jadi pecahan Rp1.000 akan menjadi Rp1. BI telah melakukan studi banding ke negara-negara yang telah melakukan redenominasi nilai mata uangnya serta Turki dan Rumania. BI menegaskan, redenominasi tidak sama dengan sanering atau pemotongan nilai mata uang. Dalam redenominasi mesti tiga angka nol terakhir dihilangkan, tetapi nilainya tetap sama. Saat ini uang dengan nominal besar seperti sekarang kurang efisien serta merepotkan pembayaran. Karena itu, kebijakan redenominasi tersebut diharapkan akan bermanfaat besar bagi perekonomian yang akan membuat pencatatan dan pembukuan akan lebih efisien.

Namun , bila hal itu dilakukan harus dilakukan ssosialisasi yang mendalam. Bila tidak wacana kemungkinan dilakukannya redenominasi rupiah sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan kepanikan masyarakat. Wacana redenominasi rupiah bisa menimbulkan panik dalam masyarakat kita, karena bisa disalahtafsirkan sebagai sanering atau pemotongan nilai uang.

Redenominasi atau penyederhanaan nominal rupiah bukan karena ada masalah substansi namun lebih ke soal identitas. Redenominasi rupiah dilakukan karena munculnya keresahan atas status rupiah yang ‘lebih rendah’ ketimbang mata uang lainnya. Wacana itu kan dipicu keresahan akan status mata uang kita terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya, bukan soal substansi tapi soal identitas. Beberapa ahli berpendapat sebenarnya sampai saat ini tidak masalah apakah rupiah diredenominasi atau tidak, meskipun jika dilakukan akan lebih bagus.

Artinya jika dilakukan bagus, kalau nggak juga gak apa-apa, karena dengan nominal rupiah seperti saat ini perekonomian Indonesia masih berjalan dengan baik. Jadi, tidak ada masalah yang substansial. Jadi persoalan tentang identitas, masalah substansial tidak ada. Kekuatan mata uang kita relatif stabil, cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga, bisa melampaui target, investasi juga tidak ada persoalan. Kinerja ekonomi kita baik. Namun, jika memang diberlakukan, BI harus memerhatikan agar redominasi ini tidak menganggu stabilitas serta tidak menciptakan keresahan masyarakat. Cost benefit dari pencetakan uang baru tersebut harus diperhatikan. Kalau dikatakan perlu atau tidak perlu, selama tidak menganggu stabilitasn nasional, membuat keresahan publik, transaksi, cost benefit dari cetak uang baru kan ini memunculkan nilai sen. Selain itu, BI harus melakukan sosialisasi yang sangat baik sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia.

Perbedaan Redominasi dan Sanering

  • Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi.Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Hal yang sama secara bersamaa dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.
  • Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).



Dampak bagi masyarakat.

Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama. Pada sanering, menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.

Nilai uang terhadap
barang.

  • Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.
  • Pada sanering, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.
Kondisi saat dilakukan.

  • Redenominasi dilakukans saat kondisi makro ekonomi stabil. Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali.
  • Sanering dilakukan dalam kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat tinggi (hiperinflasi)
Masa transisi

  • Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
  • Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba.

Contoh untuk harga 1 kg beras seharga Rp 2.500 per liter.

  • Pada redenominasi, bila terjadi redenominasi tiga digit (tiga angka nol), maka dengan uang sebanyak Rp 2,5 tetap dapat membeli 1 khg beras. Karena harga 1 kg beras juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang sama (baru).
  • Pada sanering, bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 2,5 hanya dapat membeli 1/1000 atau 0,001 kg beras.

Masih Wacana



Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa redenominasi (pemotongan pecahan mata uang) rupiah masih dalam tahap wacana. “Redenominasi rupiah masih tahap studi, tapi wacana ke sana ada,” kata Kepala Biro Riset Ekonomi BI Iskandar Simorangkir. Menurut dia, redenominasi akan membuat lebih efisien dalam pencatatan. “Ini akan lebih efisien dalam pencatatan, karena biasanya dicatat dengan nol empat bisa satu nol saja,” katanya. Iskandar juga mengatakan bahwa pecahan mata rupiah Indonesia merupakan terbesar kedua setelah mata uang dong Vietnam. “Pecahan terbesar dong Vietnam yang tertinggi 500 ribu, sedangkan rupiah 100 ribu,” ungkap Iskandar. Dia menegaskan bahwa redenominasi ini berbeda dengan sanering (pemotongan nilai mata uang). “Kalau redenominasi hanya menghilangkan nol saja tetapi nilainya sama, kalau sanering memotong nilai uang,” katanya. Dia mengungkapkan bahwa redenominasi untuk rupiah yang sesuai adalah menghilangkan tiga nol di belakang, sehingga pecahan Rp1.000 menjadi Rp1. “Kalau ini terwujud maka pecahan sen akan berjalan kembali,” katanya. Iskandar juga mengingatkan bahwa pelaksanaan redenominasi ini sangat rawan terjadinya hyperinflasi seperti yang terjadi di Zimbabwe. “Ini akan terjadi jika waktu penyesuaian harga barang, para pengusaha tidak disiplin. Misalnya harga barang Rp1.000 per unit pada pecahan lama harusnya dengan pecahan baru menjadi Rp1 per unit, tapi pengusaha ini tidak disiplin dengan menetapkan harga Rp100 per unit pada pecahan baru. Ini yang bikin hyperinflasi,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, redenominasi ini juga perlu sosialisasi kepada masyarakat sehingga kebijakan ini tidak dianggap sebagai tujuan “pemiskinan” masyarakat. “Saat ini orang kaya disebut sebagai miliarder akan berubah menjadi jutawan, Jutawan akan menjadi ribuwan,” katanya. Sementara Kepala Divisi Humas BI Difi A Johansyah, dalam kesempatan yang sama, mengatakan negara lain yang berhasil melakukan redenominasi, salah satunya adalah negara Turki. “Dalam melakukan redenominasi Turki sangat disiplin sehingga berhasil dan dapat menyesuaikan mata uangnya dengan Euro,” katanya. Difi mengatakan bahwa Turki bisa melakukan kebijakan pemotongan pecahan mata uangnya berjalan cukup lama, sekitar tahun 90-an dan baru berhasil sekarang. Dia juga pelaksanaan “redenominasi” ini harus dilakukan saat tingkat inflasi stabil di level rendah dan dukungan politik yang kuat. “Jangan sampai kebijakan ini bisa dipolitiksasi untuk menjatuhkan,” katanya.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Hatta Rajasa, Minggu (8/8) malam di Makassar menegaskan bahwa redenominasi bukan agenda pemerintah. Meski Redenominasi tersebut adalah pengurangan pecahan uang tanpa mengurangi nilai uang tersebut. Tapi tetap banyak dipertanyakan tujuan dan apa manfaatnya. Seusai membuka Musyawarah Wilayah III Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta yang juga Ketua Umum partai berlambang matahari tersebut mengatakan, pemerintah tidak pernah punya rencana atau agenda melakukan redenominasi tersebut. “Redenominasi itu hanyalah sebuah kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dan tidak ada kata kalau seandainya kajian itu dianggap layak. Karena Pemerintah tidak pernah punya agenda tersebut,” tegas Hatta yang langsung meninggalkan area Muswil PAN.

Butuh Biaya Tinggi

Wacana pemotongan nilai rupiah yang kini sedang dimatangkan Bank Indonesia (BI) harus dikaji lebih mendalam lagi sebelum betul-betul dilaksanakan. Karena selain dapat menimbulkan gejolak sosial, redenominasi juga membutuhkan biaya tidak sedikit. Pendapat tersebut dikemukakan Pengamat Ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Hery Sulistio, Selasa (3/8). “Sebab itu berarti pemerintah harus mengganti sistem, menarik uang rupiah yang beredar saat ini, dan melakukan sosialisasi secara luas,” katanya. Mengganti sistem, barangkali tidak terlalu berat. Namun, untuk menarik uang rupiah yang beredar dengan jumlah sangat besar bukanlah perkara mudah. Begitu pula dengan sosialisasi yang harus dilakukan secara mendalam. Masyarakat, kata Hery, harus memahami terlebih dulu bahwa bahwa redenominasi tidaklah sama dengan sanering yang pernah dijalankan pada 1965 lalu. Karena dalam hal ini yang dipotong adalah nilai rupiahnya bukan daya beli. “Saya kira masyarakat belum banyak yang paham hal ini. Sehingga kalau dilakukan tanpa sosialisasi memadai akan menimbulkan efek psikologis bagi mereka,” katanya. Tanpa adanya pemahaman yang memadai, bukan tidak mungkin nanti redenominasi ini bisa berubah menjadi sanering. Kalau itu yang terjadi, dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat. Oleh sebab itu harus dihitung betul manfaatnya secara keseluruhan. “Secara finansial, memang cukup menguntungkan. Karena akan mensejajarkan nilai tukar rupiah dengan mata uang negara lain. Tapi, itu tadi harus dipikir masak-masak untung ruginya terutama bagi masyarakat secara luas,” pungkas Heri.

Patut Dilakukan


Redenominasi perlu segera dilakukan agar nilai tukar rupiah yang telah terdepresiasi selama ini bisa lebih kuat, kata pengamat ekonomi dari The Indonesia Economic Int
elligence (IEI) Sunarsip. “Kebijakan redenominasi itu perlu juga diambil karena nilai tukar kita sudah banyak turun akibat devaluasi sejak zaman orde lama dan orde baru, ” katanya di Jakarta, Minggu.

Pada sekitar tahun 1990-an nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih sekitar Rp1.500,00-Rp2.000,00 per dolar AS. Saat ini, nilai tukar rupiah bergerak di sekitar Rp9.000,00 per dolar AS. Ia menuturkan tren pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih banyak turun daripada naik. “Trennya turun terus, jarang sekali turun 10 poin lalu naiknya 15 poin, malah naik hanya 5 poin. Dalam 12 tahun terakhir itu yang terjadi, rupiah terdepresiasi,” katanya menegaskan. Lemahnya nilai tukar rupiah tersebut, lanjut dia, sering kali spekulator memanfaatkan untuk melakukan transaksi “carry trade”, yaitu memanfaatkan selisih nilai mata uang antara valuta asing (valas) dengan rupiah untuk mengambil keuntungan dari transaksi perdagangan valas. “Saya pikir sudah saatnya, kalau dibilang masih wacana itu salah, sosialisasi harus dimulai dari sekarang agar lima tahun lagi sudah bisa diimplementasi. Rupiah akan lebih punya harga, toh di sisi riilnya tidak ada pengaruhnya,” ujarnya.

Mantan Menteri Negara badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sugiharto yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah IEI mengatakan saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan redenominasi. “Kenapa momentumnya bagus karena pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil meski ada gejolak ekonomi dunia. Tapi memang perlu sosialisasi yang intensif. Kalau tidak sekarang kapan lagi?” ujarnya. Sugiharto memperkirakan sosialisasi dan latihan penggunaan rupiah baru cukup dilakukan dalam dua hingga tiga tahun agar dalam lima tahun ke depan redenominasi bisa terlaksana secara penuh

Menilik dari kebijakan ekonomi, kebijakan redenominasi ini sudah patut dilakukan karena inflasi sudah rendah, di mana maksimal di bawah 10 persen. Hal ini disampaikan Ekonom Standard Chartered Bank (SCB) Fauzi Ikhsan, saat Media Gathering SCB, di Bogor, Sabtu (7/8/2010). Selain itu kondisi makro juga baik dengan kondisi mata uang Rupiah juga menguat. Serta rasio utang terhadap PDB Indonesia sudah mulai menurun.

Sebelumnya, Fauzi mengatakan, bila redenominasi dianggap bukan sesuatu yang mengkhawatirkan dan serius. Hal itu bisa terjadi jika sosialisasi ke masyarakat benar-benar dijalankan. “Sebenarnya redenominasi itu bukan isu serius dan sudah pernah dibicarakan selama 10 tahun lalu dan sudah pernah dilakukan pada 1966,” ungkapnya. Namun kebijakan redenominasi akan menjadi masalah saat sosialisasi ke masyarakat kurang. Sehinggga masyarakat masih menganggap kebijakan redenominasi ini masih disamakan dengan isu sanering seperti yang pernah terjadi pada 1966. “Padahal redenominasi dan sanering merupakan hal berbeda,” jelasnya. Sedangkan redenominasi yang pernah dilakukan pada 1966 gagal, lanjut Fauzi, disebabkan karena inflasi pada tahun tersebut tinggi mencapai 6.500 persen dalam setahun

Rawan Politik

Masa transisi redenominasi rupiah 2013-2015 dinilai rawan intervensi politik untuk mem-‘back up’ partai tertentu. Sebab, transisi itu bersamaan dengan tahapan Pemilu 2014. Ahmad Deni Daruri, Presiden Direktur Center for Banking Crisis (CBC) mengatakan, pada masa transisi redenominasi rupiah, 2013-2015 akan berlaku mata uang rupiah baru dan uang lama. Ia mencontohkan, beredar uang lama Rp1.000 dan beredar juga uang baru Rp1 dengan nilai yang sama. Pada saat yang sama, sudah mulai tahapan pemilu legislatif dan presiden. Karena itu, masa transisi redenominasi rupiah harus dicermati, karena sarat dengan kepentingan politik.

Uang yang beredar pun jadi banyak karena ada uang lama dan baru. “Karena itu, transisi ini rentan penyelewengan untuk kepentingan politik atau partai politik tertentu,” katanya. Apalagi, lanjut Deni, uang pecahan lama akan ditarik dari peredaran pada 2018. Itupun dilakukan secara pelan-pelan. “Semua masa transisi sangat rawan, transisi sekolah, pernikahan, dokter, termasuk transisi mata uang,” timpalnya.

Lebih jauh Deni mengatakan, jika BI keukeuh melaksanakan redenominasi, tahapannya harus diubah. Sosialisasinya ditambah waktnya dari 2010-2014. Setelah itu, dari 2015 baru masa transisi hingga 2018. “Masa transisi merupakan masa yang rentan dan rawan terhadap intervensi kegiatan politik,” timpalnya. Menurutnya, transisi redenominasi, terkesan bertujuan mem-back up politik. Karena itu, dia mempertanyakan mengapa masa transisi harus dilakukan pada rentang 2013-2015. “Mengapa tidak dalam kurun tahun 2015 hingga 2018,” tukasnya.

Pada prinsipnya, Deni menilai positif redenominasi yang bertujuan untuk memudahkan transaksi pembayaran uang kartal. Tapi, dia menggarisbawahi, redenominasi tidak memicu penguatan nilai tukar. “Saat ini, redenominasi bukan isu yang jadi fokus moneter melainkan bagaimana mengendalikan nilai tukar rupiah yang berdampak positif bagi perekonomian,” ungkap Deni. Dia menegaskan, infrastruktur moneter dan fiskal, legalitas, dan teknologi saat ini belum siap untuk mendukung redenominasi. Seharusnya, wacana ini jangan didengungkan sekarang karena memicu keresahan masyarakat. “Ini menandakan, manajemen BI memang buruk. Sebab, wacana ini justru berdampak buruk bagi pasar,” ucapnya.

Sebelumnya, BI memperkirakan rupiah dengan pecahan baru hasil redenominasi dapat dikeluarkan mulai 2013. Selama dua tahun BI akan melakukan sosialisasi kebijakan baru itu. “Uang baru sudah bisa keluar sekitar 2013. Pada 2010 sampai 2012 adalah masa persiapan penerapan kebijakan itu,” ucap ucap Gubernur BI terpilih BI, Darmin Nasution dalam konfrensi pers di Gedung BI, Jakarta, Selasa (3/8).

Darmin melanjutkan, masa transisi akan memakan waktu selama 3 tahun yakni 2013 hingga 2015. Selama masa transisi itu, BI tetap mengeluarkan rupiah dengan pecahan lama. Karena itu, semua toko harus memasang dua tabel harga yakni dengan rupiah pecahan lama ataupun baru yang ditulis ‘uang baru’. “Pengembalian boleh dengan uang baru, uang lama atau dicampur. Proses ini akan berjalan 3 tahun,” paparnya. Proses selanjutnya, mulai 2018 hingga 2020 BI akan menarik rupiah pecahan lama secara perlahan. Dan pada 2020 atau 2021 seluruh masyarakat akan menggunakan uang baru. “Begitu habis periode transisi itu semua uang kertas lama akan dihabiskan,” ucapnya. Tahap terakhir 2019-2020 dan masyarakat sudah mulai bisa membayar dengan pecahan baru. Keseluruhan proses akan memakan waktu selama 10 tahun. “Jadi mulai dari persiapan, masa transisi hingga penarikan uang lama membutuhkan waktu 10 tahun,” jelas Darmin

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Anggito Abimanyu menegaskan,sosialisasi redominasi membutuhkan waktu lama karena banyak pihak tidak memahami redominasi. “Saya setuju dengan redominasi rupiah. Tetapi sosialisasi redominasi rupiah membutuhkan waktu dan bukan menjadi prioritas utama,” ujar Anggito saat ditemui, Kamis (4/8). Lebih lanjut ia mengatakan, sosialisasi redominasi rupiah sebaiknya dilakukan saat ekonomi sedang baik. Ekonomi yang baik membuat banyak pihak tidak menolak redominasi rupiah. Selain itu, redominasi rupiah bukan menjadi prioritas utama. “Ada hal yang harus diutamakan yaitu mengendalikan inflasi, distribusi barang lancar, bank memberikan kredit dan utang dijaga. Selain itu, penanaman modal jangka pendek dapat diperpanjang,” kata Anggito. Menurut Anggito, redominasi rupiah dapat dilakukan pasar 2014-2015. Selain itu, redominasi rupiah tidak banyak dipahami oleh masyarakat. “Wacana redominasi rupiah sebaiknya jangan dilakukan terburu-buru karena tidak mudah memahami redominasi rupiah. Bilang saja pengurangan angka nol lebih mudah bagi orang awam,” tambah Anggito.



SUMBER


INTERMEZZO SEPUTAR REDONOMINASI

EFEK REDOMINASI ! (HUMOR)



BI mewacanakan redominasi uang rupiah. Sebagai contoh angka seribu (1.000) nantinya diubah menjadi satu (1). Nah, bila itu jadi dilaksanakan, maka efek dari redominasi antara lain adalah sebagai berikut :
-
Kalimat-kalimat beken akan berubah menjadi :
-
* Aku mau hidup 1 tahun lagi (Chairil Anwar).
* Dongeng 1001 malam menjadi kisah 1 malam dan 10 menit.
* Malam Lailatul Qodar lebih baik dari satu malam.
* Mengucapkan bersatu-satu terima kasih.
* IP mahasiswi pintar 0.0038.
* Mati 0.001 tumbuh 1 (peribahasa).
* Kepulauan Seribu menjadi Kepulauan Satu.
* Pesan salad dressing ‘one island’.
* Saat orang berteriak maling, ia mengambil langkah satu !
-
Bagi orang Batak akan menimbulkan kerepotan, karena harus mengganti nama marganya ke kantor catatan sipil, pengadilan negeri dan notaris !
-
1. Marga Pasaribu menjadi Pasasatu.
2. Marga Pangaribuan menjadi Pangasatuan.
3. Marga Doloksaribu menjadi Doloksatu.
-
Yang paling sulit ada nama desa kecil di SUMUT bernama “Paratusan ” akan berubah nama menjadi “Papicisan” ! (100 dibagi 1000 = 1/10 atau sama dengan 1 ketip atau 1 picis).
-
He, he, he ……..kok jadi nglantur nih ……




Selengkapnya...

Selasa, 10 Agustus 2010

SATU-SATUNYA ORANG INDONESIA YANG MASUK CAMP NAZI.

Di DALAM tubuh Parlindungan Lubis, tidak setetes pun mengalir darah Yahudi. Dia Batak tulen dari Mandailing. Namun kenyataannya, dia harus mendekam selama lima tahun di kamp konsentrasi NAZI, dan masih beruntung bisa keluar dari tempat penyiksaan dan pembantaian yang sadis tiada tandingannya itu. Lubis mengisahkan pengalamannya yang luar biasa itu dalam sebuah otobiografi. Sudah agak lama beredar; namun buku tersebut masih tetap aktual sampai sekarang.




Pasalnya, dialah satu-satunya orang Indonesia yang mengalami langsung hari-hari mencekam di kamp konsentrasi Nazi. Tempat pembantaian yang mengerikan itu sengaja dibangun untuk mewujudkan impian gila Hitler, yaitu memusnahkan etnis Yahudi, kaum gay, orang-orang cacat, gipsi dan Saksi Jehovah. Berikut ini Anda bisa menyimak mosaik-mosaik pengalaman Pandapotan Lubis yang sungguh dramatis itu, melalui resensi buku tersebut yang ditulis oleh Koencoro : Otobiografi Parlindoengan Loebis.





LUBIS berangkat ke Negeri Belanda untuk belajar Kedokteran, setelah lulus Kandidat I di Betawi (begitu dia menuliskannya). Semasa di Betawi, ia sempat aktif di Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk PPPI dan Indonesia Moeda. Di Leiden, tak lama ia direkrut Perhimpoenan Indonesia. Sepeninggal Hatta cs, PI bersifat kekirian, dengan garis Stalinis yang jelas. Sempat Lubis menjadi ketua, selama 3 tahun, dan membawa PI ke arah yang tak begitu kiri. Kerjasama dengan Partai Komunis Belanda dihentikan, lalu bekerjasama dengan Partai Sosialis (SDAP).

Kemudian PD II pecah. Mei 1940, saat Jerman bergerak ke barat, Belanda menyerah nyaris tanpa perlawanan. Dan bahkan kemudian kehidupan masih tampak normal dalam pendudukan Jerman. Sebelum serangan Jerman pun, partai NSB yang pro Jerman pernah memperoleh suara cukup besar (separuh suara) dari rakyat Belanda.
Selama pendudukan Jerman ini, Lubis sempat menyelesaikan kuliah di Leiden, lalu menikah di Haarlem, menjajagi bekerja di Utrecht, dan akhirnya membuka praktek di Amsterdam. Tapi kemudian, 26 Juni 1941, dua orang reserse Belanda menjemputnya. Loebis dipenjarakan, dan kemudian dipindahkan ke Kamp Konsentrasi. (Baru pada tahun 1945, Loebis mengetahui alasan penahanannya: Ternyata Jerman sedang membuka front baru melawan Sovyet, dan para aktivis gerakan pro komunis ditakutkan menjadi partisan di belakang front). Kamp Konsentrasi yang pertama dihuni adalah Kamp Schoorl. Di sini, tawanan belum disuruh bekerja, tetapi hanya disuruh apel dan berolah raga. Kemudian seluruh isi kamp ini digabungkan ke Kamp Amersfoort. Di sini, tawanan memperoleh perkerjaan konstruksi, termasuk memasang kawat berduri. Juga mulai sering disiksa secara kejam, baik oleh orang Jerman, maupun terutama oleh orang NSB.Lubis kemudian dipindahkan ke Kamp Buchenwald di Jerman. Di sini Lubis mulai kehilangan harapan untuk dibebaskan, kecuali perang berakhir dengan kekalahan Jerman. Ia memutuskan untuk hidup secara efisien dan tanpa hati, untuk bertahan hidup selama mungkin. Di Buchenwald, mereka membuka hutan di pegunungan berkabut, memecah batu, membuat barak, saluran air, listrik, bengkel, dll, selama 7 hari seminggu, 14 jam sehari. Tawanan sering dipukuli, bahkan hingga mati. Tawanan yang mengobrol ditembak.

Namun kemudian Lubis dipindahkan lagi, pada Oktober 1942, ke Sachsenhausen, ke instalasi pabrik pesawat perang Heinkel. Di sini situasi lebih baik. Kamp lebih difokuskan pada pekerjaan teknis, biarpun kekejaman masih berlangsung, dan menyita nyawa manusia segala bangsa di sana. Kali ini, dia ditugaskan sebagai dokter kamp, sehingga tugasnya lebih ringan. Lubis jarang mengulas tentang Yahudi. Ia beralasan bahwa barangkali para Yahudi dipisahkan, dan ditempatkan di kamp tersendiri. Atau barangkali … entahlah. Saat akhirnya pasukan sekutu berhasil masuk ke Jerman, Kamp kacau.




Para tawanan dan penjaga membentuk barisan tak teratur yang terus bergerak ke barat. Tawanan yang keluar barisan langsung ditembak di belakang kepala. Tapi banyak juga penjaga yang juga lari memisahkan diri. Mereka akhirnya berhenti di kampung Grabouw. Sempat barisan dari kamp lain bergabung. Dan akhirnya tentara Russia masuk juga ke kampung itu. Mereka resmi lepas dari tawanan. Tapi perlu waktu untuk memulihkan diri, dan mencari cara untuk lepas dari kawasan Russia, menyeberangi sungai Elbe, masuk ke kawasan Sekutu Barat, dan akhirnya kembali ke Belanda dengan kereta ke Maastricht, lalu naik mobil ke keluarganya di Amsterdam.

Namun, nun di timur, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dan pada akhir 1945, berita itu mulai terdengar masyarakat Indonesia di Belanda. Lubis dkk langsung menyatakan diri bagian dari Republik Indonesia yang merdeka, dan kekikukan kemudian terjadi lagi. Sempat ada Kongres Pemuda Demokrat Sedunia di Cekoslovakia, dan Loebis ingin menghadiri kongres ini, atas nama Indonesia. Tentu Belanda tak memberikan pass, tetapi atas bantuan Inggris, dia bisa berangkat.

Sambutan untuk Indonesia amat meriah, membuat berang para pemuda Belanda. Lubis kembali ke Belanda menumpang tim Belgia. Pemerintah Belanda akhirnya memperbolehkan orang Indonesia kembali ke negerinya. Namun dengan status sebagai NICA. Banyak yang mengira bahwa ini adalah support yang baik, karena tidak menyadari bahwa NICA justru memusuhi Pemerintah Indonesia Merdeka. Lubis sempat menyadari, dan memberi peringatan kepada lainnya.

Namun saat ia bertolak pulang, ia diberi juga pangkat Mayor NICA, yang tentu ia tolak. Ia mengambil status sebagai dokter kapal, dan dalam status itu sempat menyelundupkan Dr Setia Boedi (Douwes Dekker) kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Lubis meneruskan karir sebagai dokter, dan menolak berpolitik. Bekerja sebagai dokter di PT Timah, Belitung. Zaman kaum komunis Indonesia bangkit, Lubis difitnah dan dipensiunkan dini, karena dianggap tak mau mendukung kaum komunis. Tapi ia tetap tinggal di Belitung. Saat istrinya meninggal, baru ia pindah ke Jakarta. Lubis meninggal di ujung tahun 1994, nyaris tanpa perhatian dari bangsa kita.





SUMBER

Selengkapnya...

MISTERI SEGITIGA BERMUDA TERPECAHKAN

Misteri hilangnya beberapa kapal laut dan pesawat terbang di wilayah yang disebut 'Segitiga Bermuda' kini tersingkap sudah. Singkirkan jauh-jauh teori tentang pesawat luar angkasa alien, anomali waktu, piramida raksasa bangsa Atlantis, atau fenomena meteorologis.

Segitiga Bermuda adalah sebuah fenomena gas akut biasa, demikian tulis Salem-News.com. Gas alam, sama seperti gas yang dihasilkan oleh air mendidih, terutama gas metana, adalah tersangka utama di balik hilangnya beberapa pesawat terbang dan kapal laut. Bukti dari penemuan yang membawa sudut pandang baru terhadap misteri yang menghantui dunia selama bertahun-tahun itu tertuang dalam laporan American Journal of Physics.

Professor Joseph Monaghan meneliti hipotesis itu ditemani oleh David May di Monash University, Melbourne, Australia. Dua hipotesis dari penelitian itu adalah balon-balon raksasa gas metana keluar dari dasar lautan yang menyebabkan sebagian besar, untuk tidak mengatakan semua, kecelakaan misterius di lokasi itu.

Ivan T Sanderson sebenarnya telah mengidentifikasi sona-sona misterius selama tahun 1960-an. Sanderson bahkan menggambarkan sebenarnya zona-zona misterius itu lebih berbentuk seperti ketupat ketimbang segitiga. Sanderson menemukan bahwa bukan saja Segitiga Bermuda tetapi Laut Jepang dan Laut Utara adalah dua area tempat kejadian misterius sering terjadi.

Para Oseanograf yang menjelajah di dasar laut Segitiga Bermuda dan Laut Utara, wilayah di antara Eropa daratan dan Inggris melaporkan menemukan banyak kandungan metana dan situs-situs bekas longsoran. Berangkat dari keterkaitan itu dan data-data yang tersedia dua peneliti itu menggambarkan apa yang terjadi jika sebuah balon metana raksasa meledak dari dasar laut.

Metana, yang biasanya membeku di bawah lapisan bebatuan bawah tanah, bisa keluar dan berubah menjadi balon gas yang membesar secara geometris ketika ia bergerak ke atas. Ketika mencapai permukaan air, balon berisi gas itu akan terus membesar ke atas dan ke luar.

Setiap kapal yang terperangkap di dalam balon gas raksasa itu akan langsung goyah dan tenggelam ke dasar lautan. Jika balon itu cukup besar dan memiliki kepadatan yang cukup, maka pesawat terbang pun bisa dihantam jatuh olehnya. Pesawat terbang yang terjebak di balon metana raksasa, berkemungkinan mengalami keruskan mesin karena diselimuti oleh metana dan segera kehilangan daya angkatnya.




SUMBER
Selengkapnya...

ISI DALAM KA'BAH



Tak banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam Ka'bah. Bangunan berbentuk bujur sangkar yang menjadi pusat arah bagi umat Muslim yang melakukan shalat itu sebenarnya memiliki ruang yang cukup luas...

Dengan tinggi saat ini sekitar 39 kaki 6 inci (kira-kira 11 meter) dan ukuran total adalah 627 kaki persegi maka ukuran dalam Ka'bah adalah 42,64x29,52 kaki atau sekitar 12,7x8,85 meter. Ruangan di dalam Ka'bah diperkirakan mampu menampung sebanyak 50 orang.


Namun, tahukah anda, apa saja isi di dalam bangunan yang disucikan umat Islam itu? Ketua Islamic Society of North America (ISNA) atau Masyarakat Islam Amerika Utara pernah diberi kesempatan untuk masuk ke dalam Ka'bah di tahun 1998. Ternyata tak banyak benda yang terdapat di dalamnya.




Di dalam Ka'bah ternyata terdapat 3 pilar dan meja untuk meletakkan parfum. Di langit-langitnya tergantung beberapa lampu lentera. Tak disebutkan lampu lentera itu terbuat dari bahan apa. Namun pada tahun 1940-an, lampu itu dikabarkan terbuat dari emas dan bertatahkan permata serta mutiara.



Di dalam Ka'bah tak ada lampu listrik. Sementara tembok dan lantainya terbuat dari marmer. Tak ada satu pun jendela di bagian dalamnya dan hanya terdapat satu pintu untuk keluar-masuk. Langit-langit Ka'bah juga ditutupi selimut kain seperti halnya dinding bagian luarnya.



Selengkapnya...

PEMBANTAIAN MANUSIA TERBESAR DI DUNIA

Sejarah manusia adalah campuran unik dari keberhasilan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, cinta dan perang. Pembantaian adalah salah satu peristiwa seperti yang telah menyebabkan kematian banyak orang tak berdosa dan orang-orang yang memulai pembantaian dalam rangka untuk memuaskan kehausan mereka untuk membalas dendam dan untuk ego manusia. Sepanjang sejarah Anda akan menemukan berbagai peristiwa pembantaian besar dan kecil yang telah mengubah dunia, tapi ini 10 yang pasti pembantaian terbesar dalam sejarah umat manusia.

1. Pembantaian Nankin

Pembantaian Nanking juga dikenal sebagai Rape of Nanking di mana ratusan ribu warga sipil dibunuh dan diperkosa secara brutal di kota Nanking yang merupakan mantan ibukota Republik Cina. pembantaian itu berlangsung selama enam minggu di mana para prajurit Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memasuki kota Nanking dan mulai membunuh orang-orang Cina. Pembantaian Nanking adalah dianggap sebagai pembantaian terburuk dalam sejarah manusia karena lebih dari 80 ribu orang dan perempuan dibunuh, disiksa dan diperkosa dalam periode enam minggu.


2. Babi Yar Massacre



Pembantaian Babi Yar terjadi pada tahun 1941 ketika lebih dari 33 ribu orang Yahudi tewas dalam sebuah operasi tunggal yang dipimpin oleh gubernur militer, Mayor Jenderal Friedrich Eberhardt, Panglima Angkatan Darat Kepolisian Grup Friedrich Selatan Jeckeln dan C Komandan Otto Rasch. Operasi itu dilakukan oleh pasukan gabungan seperti SS, SD dan SiPo. Babi Yar adalah sebuah jurang di luar Kiev yang adalah ibu kota Ukraina.



3. Hari Pembantaian St. Bartholomew


Juga populer dikenal sebagai Massacre de la Saint-Barthelemy peristiwa ini terjadi pada 1572 di Paris. Pembantaian itu dimulai dua hari setelah percobaan pembunuhan Laksamana Gaspard de Coligny, yang merupakan pemimpin militer dan politik Huguenot. Segera setelah itu sekelompok pembunuhan bersama dengan massa Katolik Roma mulai mulai membunuh orang di seluruh Paris dan pembantaian menyebar ke daerah perkotaan dan pedesaan lainnya juga. Diperkirakan bahwa sekitar 30 ribu orang tewas dalam pembantaian ini.


4. Pembantaian Tawanan NKVD


Pembantaian Tawanan NKVD juga dikenal sebagai pembantaian Narapidana di mana serangkaian eksekusi massal dilakukan terhadap para tahanan NKVD di Polandia dan negara-negara Baltik lainnya seperti Rumania dan Ukraina. Jumlah korban tewas diperkirakan dari pembantaian ini adalah sekitar 22.000 tahanan tewas dalam serangkaian pembunuhan yang terjadi di tempat yang berbeda. Namun, tidak semua tahanan NKVD tewas dan dieksekusi karena beberapa dari mereka berhasil melarikan diri dari penjara.



5. Pembantaian Katyn



Pembantaian Katyn juga dikenal sebagai Katyn Forest Massacre adalah suatu peristiwa di mana ribuan tawanan perang Polandia, perwira militer, intelektual, dan polisi dibantai oleh NKVD Soviet. Para korban dibawa ke Hutan Katyn di Rusia di mana Stalin memerintahkan pasukannya untuk mengeksekusi semua tahanan perang secara langsung. Jumlah korban tewas dari Pembantaian Katyn juga mencapai sekitar 21 ribu.



6. Pembantaian Tesalonika


Pembantaian di Tesalonika terjadi dalam sebuah tindakan balasan oleh Kaisar Romawi Theodosius pada tahun 390. Menurut sumber, pada bulan April 390, kusir yang ditangkap oleh komandan militer Romawi tetapi kemudian ia menjadi korban pemberontakan yang marah Kaisar Romawi dan dia memutuskan untuk membunuh semua orang-orang yang memberontak terhadap perintah. Padahal, Kaisar tidak berubah pikiran untuk menghentikan pembunuhan pesan untuk menghentikan pembantaian mencapai akhir dan lebih dari 7000 orang telah dibantai.



7. Pembantaian Tentara Elphinstone


Korban Pembantaian dari Tentara Elphinstone sangat banyak seperti perang dimana pasukan Afghanistan mengambil alih pasukan gabungan Inggris dan India dipimpin oleh Mayor Jendral William Elphinstone pada tahun 1842. Tiga tahun sebelum peristiwa ini, pasukan Inggris di Kabul ditangkap karena dendam pada pasukan Afghanistan. Namun, saat Inggris meninggalkan Kabul, pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Akbar Khan, putra Dost Muhammad Khan menyerang tentara Inggris. Akibatnya 4500 tentara Afghanistan tewas
dan dibunuh oleh tentara Inggris dan India.



8. Pembantaian Sabra and Shatila


Pada tahun 1982, Partai Kataeb yang dipimpin oleh Pasukan Kristen Libanon melakukan pembantaian di mana mereka membunuh dan membantai warga sipil Palestina dan Muslim Lebanon. Acara Pembantaian dipicu segera setelah pembunuhan terhadap pemimpin Falangis dan Presiden Bachir Gemayel. Lebih dari 3.500 orang tewas dalam pembantaian ini. Padahal, itu diperdebatkan karena Angkatan Pertahanan Israel membantu kekuatan ini memasuki kamp Sabra dan Shatila. Acara ini masuk ke sangat banyak berita dan menarik reaksi internasional yang lebih lanjut menyebabkan banyak kontroversi dan perdebatan.



9. Pembantaian Batak


Pembantaian Batak adalah tentang pembantaian Bulgaria di Batak oleh pasukan Ottoman pada tahun 1876. Sesuai dengan sumber dan referensi ada lebih dari 3000 orang tewas dalam pembantaian ini.



10. Pembantaian Granada

Pembantaian Granada adalah suatu peristiwa di mana segerombolan orang Muslim menyerbu ke Istana Kerajaan Granada dan membunuh penguasa Yahudi, Yusuf Ibn Naghrela yang adalah seorang wazir Raja Barber dari Granada. Massa menyerbu ke dalam istana dan menyalibkan Dia dan membunuh sekitar 1500 keluarga Yahudi yang tinggal di Granada.





Selengkapnya...

SALAKANAGARA KERAJAAN TERTUA DI INDONESIA

Sebetulnya, keterangan mengenai Kerajaan Salakanagara ini hampir tidak ada. Tidak ada atau belum ditemukan satu sumber sezaman tentang Salakanagara, baik berupa prasasti, candi, atau naskah, kecuali arca dan berita dari Cina. Satu-satunya keterangan tertulis mengenai kerajaan ini adalah Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara yang ditulis pada abad ke-17 oleh Panitia Wangsakerta.

Sebelum membahas kerajaan ini, marilah kita mengupas perihal naskah Wangsakerta ini. Naskah yang dibuat secara lokakarya atau seminar (gotrasawala) ini masih diperdebatkan keabsahannya sebagai sumber sejarah. Para sarjana sejarah, filologi, dan arkeologi masih berdebat tentang data yang tercantum dalam naskah yang disusun oleh para ahli (mahakawi) “sejarah” dari berbagai pelosok Nusantara. Kitab ini terbagi dalam lima parwa (jilid), dan setiap parwa tersusun atas lima sarga (bab). Selain Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara, terdapat naskah-naskah lainnya yang disusun panitia Wangsakerta, seperti Carita Parahyangan, Nagarakretabhumi, Pustaka Dwipantara, Pustaka Pararawtan I Bhumi Jawadwipa.

Secara garis besar, Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara membagi Nusantara ke dalam tiga zaman, yakni purwayuga (zaman prasejarah atau nirleka), rajakawasayuga (zaman kejayaan raja-raja), dan dukhabharayuga (zaman kesengsaraan, yakni zaman pejajahan Belanda). Nah, dengan demikian tak ada salahnya bila kita mengetahui hal-ikhwal kerajaan ini, meski belum dapat dijadikan kepastian sejarah.

Menurut pustaka tersebut, Salakanagara merupakan kerajaan pertama di Nusantara yang berlokasi di Jawa Barat bagian barat, daerah Banten. (Jadi, bukan Kutai seperti yang kita percayai selama ini). Pendirinya adalah Dewawarman, bergelar Prabu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura-sagara. Dewawarman berasal dari negeri India. Oleh Kerajaan Pallawa di India, ia ditugaskan untuk menjadi duta negara ke sebelah barat Pulau Jawa. Ia kemudian menjadi raja kecil di pesisir barat Jawa Barat. Nama Raksagapurasagara kiranya mengingatkan kita pada nama gunung di Pulau Panaitan, tempat di mana ditemukannya sejumlah arca Siwa dan Ganesa, bernama Gunung Raksa.

Setelah tiba di Ujungkulon, Dewawarman menikah dengan Pwahaci Larasati, anak dari kepala desa setempat yang bernama Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya. Aki Tirem nyatanya berasal dari Swarnabhumi (Sumatera), sementara leluhurnya berasal dari India.

Dewawarman bersama anak buahnya, baik yang berasal dari India maupun penduduk pribumi, harus senantiasa menjaga ketertiban dan keamanan wilayahnya. Bandar-bandar yang terletak di tepi laut atau di muara sungai itu sering dijambangi perompak. Diceritakan, pada suatu hari ada perahu perompak yang nekad berlabuh sehingga perahu mereka dikepung oleh pasukan Dewawarman. Berlangsunglah pertempuran yang alot. Sebanyak 37 orang perampok mati terbunuh, sedangkan yang tertawan atau luka-luka sebanyak 22 orang. Perompak yang tertawan lalu dihukum gantung. Sementara itu, Aki Tirem memeroleh perahu lengkap dengan senjata dan perlengkapannya. Sebagai perwujudan terima kasih, Aki Tirem mengadakan utsarwakarma atau upacara jamuan lengkap dengan pertunjukan kesenian. Singkat cerita, para anak buah Dewawarman menikah dengan pribumi setempat dan beranak-pinak di sana.

Tatkala Aki Tirem sakit parah, ia menyerahkan daerah kekuasaannya kepada Dewawarman, menantunya. Setelah Aki Tirem wafat, Dewawarman segera mengumumkan berdirinya kerajaan Hindu di Ujungkulon bernama Salakanagara. Pwahaci Larasati pun menjadi permaisuri dengan gelar Dewi Dhwanirahayu.
Disebutkan dalam pustaka tersebut, Dewawarman (disebut juga Dewawarman I) memerintah tahun 130-168 Masehi. Keterangan ini tak bertentangan dengan kronik (berita) Cina yang menyebutkan bahwa pada tahun 132 M di wilayah Jawa bagian barat ada raja bernama Pien dari Kerajaan Ye-tiao. Pien merupakan nama Cina untuk Dewawarman, sedangkan Ye-tiao lafal Cina untuk Jawadwipa. Keterangan tertulis lain tentang keberadaan Salakanagara (yang berarti “Kota Perak” atau disebut juga Rajatapura) adalah catatan ahli geografi Yunani Kuno bertahun 150 M, Ptolemeus. Ia menulisnya dengan nama Argyre.

Wilayah Salakanagara meliputi daerah Jawa Barat bagian barat, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa, dan laut yang membentang antara Jawa dan Sumatra. Karena letaknya strategis, Salakanagara merupakan tempat perahu dagang berlalu-lalang dari arah barat ke timur dan sebaliknya. Maka dari itu, perahu-perahu tersebut mau tak mau harus singgah di sana dan menghadiahkan persembahan/upeti kepada raja (semacam pajak). Sebagai imbalannya, perahu tersebut mendapat perlindungan dari raja. Sebaliknya, para perompak dan pengacau keamanan akan ditindak keras: perahu mereka dirampas, perompaknya dihukum gantung!

Dari pernikahannya dengan Pwahaci Larasati, Dewawarman memiliki beberapa anak. Satu di antaranya anaknya kemudian menggantikannya menjadi raja, yakni yang bergelar Prabu Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II) yang memerintah tahun 168-195 M. Dewawarman pun memiliki istri lain seorang putri Pallawa yang meninggal di negerinya; keturunannya pun tetap tinggal di India.

Bila diurut, raja-raja yang memerintah di Salakanegara adalah sebagai berikut.
  1. Sang Prabu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara (Dewawarman I), memerintah tahun 130-168 M.
  2. Sang Prabu Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II), memerintah tahun 168-195 M.
  3. Sang Prabu Singhasagara Bhimasatyawirya (Dewawarman III), memerintah tahun 195-238 M.
  4. Sang Prabu Dharmasatyanagara (Dewawarman IV), menantu Dewawarman III, memerintah tahun 238-252 M.
  5. Sang Prabu Amatya Sarwajala Dharmasatya Jayawarunadewa (Dewawarman V), menantu Dewawarman IV, memerintah tahun 252-289 M.
  6. Sang Prabu Ghanayanadewa Linggabhumi (Dewawarman VI), anak Dewawarman V, memerintah 289-308 M.
  7. Sang Prabu Bhimadigwijaya Satyaganapati (Dewawarman VII), anak Dewawarman VI, memerintah 308-340 M.
  8. Sang Prabu Dharmawirya Salakabhuwana (Dewawarman VIII), menantu Dewawarman VII, memerintah 340-363 M.

Prabu Ghanayanadewa Linggabhumi (Dewawarman VI) memerintah selama 17 tahun (298-308). Raja ini menikah dengan putri asal India, yang memberikannya enam orang anak: tiga laki-laki, tiga perempuan. Anak sulungnya, Bhimadigwijaya Satyaganapati kemudian menggantikan Ghanayanadewa. Anak kedua, seorang wanita bernama Salakakancana Warmandewi, menikah dengan seorang perwira di negeri Gauda, India. Anak ketiga, juga wanita, Kartikachandra Warmandewi menikah dengan pembesar Yawana, India. Adiknya, Ghopalajayeng Rana menikah dengan putri keluarga Salankayana, India. Anak kelima, Sri Gandhari Lengkaradewi bersuamikan panglima angkatan laut Pallawa, India. Anak bungsu, laki-laki, bernama Skandamukha Dewawarman Jayasatru.

Bhimadigwijaya (Dewawarman VII) adalah raja yang memindahkan ibukota Salakanagara ke daerah Jayasinghapura yang ketika itu telah berkembang menjadi kota besar. Nama Jasinga di Banten rupanya berasal dari nama kota ini. Bhimadigwijaya Satyaganapati memiliki anak perempuan bernama Spatikarnawa, yang kemudian menggantikannya sebagai ratu setelah ayahnya meninggal. Ratu Spatikarnawa memerintah tahun 340-348. Suaminya, Prabu Dharmawirya Salakabhuwana lalu menggantikannya sebagai raja dan memerintah tahun 348-363. Ternyata Dharmawirya dan Spatikarnawa masih sepupu karena Dharmawirya anak dari Sri Gandhari Lengkaradewi.

Sebetulnya, sebelum Spatikarnawa memegang tampuk, ada orang lain yang mengisi takhta Kerajaan, yakni Krodamaruta, yang juga keponakan Bhimadigwijaya, anak Ghopalajayeng Rana yang tinggal di India. Karena merasa berhak atas takhta Salakanagara, Krodamaruta berangkat dari India membawa pasukan dalam jumlah cukup lengkap dengan senjata. Ia tiba di Salakanagara tahun 340, bertepatan dengan hari kematian Bhimadigwijaya. Tak jelas, apakah kematian Bhimadigwijaya disebabkan oleh serangan Krodamaruta atau ada penyebab lain.

Ketika berkuasa, Krodamaruta menerapkan kebijakan tangan besi dan banyak melakukan penaklukan. Suatu hari ketika pergi berburu Krodamaruta tertimpa musibah. Ia tertimpa sebongkah batu besar saat berada di tebing yang terjal. Ia pun tewan, dan kematiannya disambut hangat oleh rakyat yang memang tak senang terhadapnya. Ia hanya memerintah tiga bulan.

Sementara itu, Dharmawirya (Dewawarman VIII) datang ke Salakanagara dari India tahun 346, enam tahun setelah kematian Krodamaruta. Ia melarikan diri dari tanah kelahirannya setelah negerinya ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Dinasti Maurya. Ia, seperti halnya orang-orang Salankayana lainnya, banyak yang menyelamatkan diri ke manca negara. Dharmawirya pun pergi ke Salakanagara karena ia pun masih termasuk keluarga Salakanagara dari pihak ibu. Selain Spatikarnawa, Dharmawirya memperistri Dewi Ratri Candralocana. Dari perkawinan ini, Dharmawirya memiliki putra yang tinggal di Swarnabhumi yang kelak menurunkan raja-raja di Sumatra.

Dari Spatikarnawa, Dewawarman VIII memiliki beberapa anak. Di antara anaknya itu, seorang putri bernama Parameswari Iswari Tunggalprethiwi (Dewi Minawati) menjadi istri Maharesi Jayasinghawarman-guru Dharmapurusa (kemudian bergelar Rajadhirajaguru, raja pertama Tarumanagara). Seorang putra Dharmawirya bernama Aswawarman. Aswawarman kemudian menikah dengan putri raja Bakulapura, Kundungga (Kudungga). Nama Bakulapura merupakan nama asli dari Kutai. Pemberian nama Kutai untuk kerajaan Hindu di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, sebenarnya didasarkan pada nama tempat dimana ditemukan sejumlah yupa mengenai kerajaan tersebut. Bisa jadi, nama Bakulapura-lah nama sesungguhnya kerajaan tersebut. Bila naskah Pustaka Rajya-rajya benar, maka kiranya kerajaan tertua di Indonesia adalah Salakanagara, bukan Kutai (Bakulapura).





sumber 1

sumber 2


Selengkapnya...

Sabtu, 07 Agustus 2010

Ketika Bagong Mencari Keadilan

Sial betul nasib Bagong. Ditinggal merantau istri ke Malaysia sebagai TKI, ia memasak sendiri sehingga terkena ledakan tabung elpiji. Katanya diberi bantuan, tapi malah dapat celaka. Wajahnya gosong, penuh jahitan. Kepalanya ditutupi kain hitam sehingga bentuknya tak karuan. Melihat kondisinya sendiri, Bagong yang malang hanya bisa meratap, ”Kahanan kok koyo ngene. Bojo lungo, omah ra ono opo-opo, kejeblukan gas sisan (Nasib kok seperti ini. Istri pergi, di rumah tak ada apa-apa, terkena ledakan gas pula).” Meski kondisi Bagong menyedihkan, orang malah tertawa. Jumat (30/7) malam itu, puluhan orang yang berkerumun di halaman Dinas Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta—tepat di tepi Jalan Malioboro—memang tengah menyaksikan parodi yang dikemas dalam pertunjukan Wayang Hip Hop. Judul lakonnya Tragedi Kompor Gas Elpiji.

Sambil sesenggukan meratapi nasib, Bagong menyetel radio; satu-satunya barang ”mewah” di rumahnya. Dari radio itu, mengalunlah lagu ”Semalam di Malaysia” yang membuai: membawanya ke alam mimpi, mengantarnya menemui sang istri yang tiba-tiba berbau wangi. Namun, Bagong harus terbangun dari mimpi. Di depannya ada Petruk dan Gareng. Kedua saudara tuanya itu datang menjenguk. Bukan merasa iba. Seperti halnya reaksi penonton, Gareng malah tertawa terbahak-bahak. ”Ndasmu kok mlethek (Kepalamu kok retak)?” ujar Gareng.

Gareng tahu adik bungsunya itu baru saja terkena musibah. Di antara anggota keluarganya, Bagong termasuk paling tidak beruntung karena miskin sehingga dinilai layak dapat bantuan tabung elpiji kemasan 3 kilogram, yang bentuknya mirip buah melon itu. Namun, melihat penampilan adiknya, Gareng memilih tertawa ketimbang menangis. Juga Petruk. Bagong tidak terima dan protes. Bukan kepada kedua kakaknya, tapi pada keadaannya. Ia pun bangkit, menuntut keadilan. Petruk bisa memahami kemarahan sang adik dan mengajak Bagong menemui sang ayahanda: Romo Semar yang bijaksana. Semar pun memberikan wejangan agar ketiga putranya bersabar dan pasrah. ”Kita ini hanya orang kecil, tidak usah menuntut macam-macam. Karena kenyataannya kita sudah sering hidup susah,” tuturnya. Lewat medium Wayang Hip Hop yang gaul, tragedi ledakan elpiji yang mengguncang Indonesia akhir-akhir ini berubah jadi fenomena yang layak ditertawakan. Selama pementasan sekitar satu jam, dalang Ki Catur Kuncoro ”Benyek” (35) menampilkan dialog sarat humor, membuat penonton tertawa. Lupa sejenak akan bahaya yang mungkin menimpa mereka. ”Kelucuan” tragedi.

Bagi Catur, ledakan gas itu memang menimbulkan banyak kelucuan. ”Bayangkan, tragedi ledakan itu terjadi secara beruntun dan berurutan. Tapi, pemerintah malah bikin produk pengganti yang mensyaratkan masyarakat harus beli lagi. Ini kan lucu banget,” katanya. Sekadar informasi, deretan kasus ledakan gas itu pula yang mendorong 300-an ibu rumah tangga di Makassar berdemonstrasi di halaman Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sari Makassar, Selasa (3/8). Aksi yang dipimpin Andi Asni ini menyuarakan sikap tegas: lebih baik masuk penjara daripada hidup di luar dengan teror tabung gas dan kenaikan harga BBM. Kelucuan-kelucuan semacam itu juga yang mendorong Catur mengangkat fenomena ini dalam pentas wayang. Kebetulan Catur yang lahir dari keluarga dalang memang gemar bereksperimen dengan wayang. Wayang itu dinamakan Wayang Hip Hop karena selama pementasan diiringi lagu hip hop. Wayang Hip Hop merupakan hasil kolaborasi Catur dengan Grup Hip Hop KM 7 yang digawangi Boedhi Pramono (33) dan Rendra (28). Kelompok Wayang Hip Hop mulai pentas perdana pada akhir Mei lalu.

Meski menggunakan musik hip hop yang gaul, pentas Wayang Hip Hop tetap sarat nuansa tradisi. Pada musik hip hop itu, misalnya, instrumen tradisional seperti sitar dan rebana tetap dipakai. Lirik lagu pun banyak menggunakan bahasa Jawa yang sarat falsafah Jawa. Saat naik pentas, Catur tetap menggunakan pakaian dalang berupa kain, beskap, dan belangkon. Ia melengkapi penampilannya dengan kacamata hitam. Sementara KM 7 tampil dengan kostum berbeda-beda, sesuai situasi saat pementasan. Jumat malam itu mereka tampil mengenakan kemeja batik kedodoran dipadu celana pendek dan kacamata hitam. Pentas kali ini hanya mengambil satu adegan goro-goro dari pertunjukan wayang purwo, yakni pada bagian punakawan. Dengan begitu, pementasan bisa menjadi lebih luwes karena tidak terikat pakem cerita. Tokoh punakawan dipilih karena kehadiran mereka bisa mewakili kehidupan rakyat bawah. Catur mengatakan, pentas Wayang Hip Hop tidak berpretensi memberikan solusi bagi persoalan sosial yang sedang diangkat. Pentas sekadar ingin mengajak penonton tertawa, menertawakan semua peristiwa yang ternyata hanyalah dagelan hidup. ”Orang kecil kan begitu, ada apa-apa disikapi dengan gojek (bercanda),” ucapnya.

Namun, dalam tawa itu, secara halus para panakawan mengingatkan manusia untuk selalu mendekatkan diri dengan pemberi hidup. Lewat lagu hip hop yang liriknya diambil dari karya Ronggowarsito, pentas itu mengingatkan: ... jamane jaman edan//yen ora edan ora keduman//bejo bejane wong kang lali//isih bejo wong eling Gusti... (zamannya zaman gila//kalau tidak ikut gila tak kebagian apa- apa//keberuntungan orang yang lupa//masih beruntung orang yang teringat pada Tuhan...)



sumber

Selengkapnya...

Minggu, 01 Agustus 2010

CARA PASANG PLAYER DMI DI BLOG KITA.

Kabar gembira bagi Bloger pecinta Musik online khususnya para pecinta setia Dengerin Musik Indonesia(DMI). Saat ini DMI dapat hadir di blog-blog kamu-kamu, Hanya dengan membuka blog kamu saja,kamu sudah dapat mendengarkan musik secara online langsung melalui radio online DMI. Berikut ini saya akan menyampaikan langkah-langkah bagaimana memasang playernya di blog kamu.

Langkah-langkahnya (menggunakan bahasa Indonesia)

1. Login ke blogger.com
2. klik dasbor
3. klik rancangan
4. klik tambah Gadjet
5. Cari gadjet yang tulisannya HTML/javascript
6. Masukan kode "text/html di bawah ini kedalam kotak gadjet HTML/javascript



7. Setelah itu anda simpan, letakkan di blog sesuka anda.
8. Selamat Mendengarkan siaran Radio Online Dengerin Musik Indonesia (DMI). Selengkapnya...

LOKASI IKLAN ANDA

trikblog.co.cc